Tuhan
memang sering membolak balikkan hati. Ada yang mantap akan sesuatu tiba-tiba
dengan cepatnya memutuskan untuk mundur. Apakah ada yang yang kecewa? Ya barang
tentu sesuatu yang sudah diniatkan akan menjadi kekecewaan apabila tidak
terlaksana. Memang Tuhan menyimpan erat-erat rahasianya, menyimpan teliti pesannya
kepada kita makhluk ciptaanya. Ada haru ada marah ada cacian yang akan
disematkan, tapi apakah kita menganggapnya cobaan? Toh Tuhan yang berikan. Memang
jalan pikiran kita berbeda, hanya Tuhan yang tahu dan punya andil besar
terhadap kehidupan kita, Ia hanya akan menuntun kepada hal-hal yang menurutnya
kita akan sepenuh hati memperjuangkannya.
Air
mata Agus begitu terasa tatkala banyak orang yang menganggapnya sebagai
generasi panutan dalam idealisme berbelok arah ke jenjang yang sangat kotor di
negeri ini. Atas nama apa ia rela mengorbankan segalanya? Bangsa Indonesia?
Jakarta? Atau karena sang panutan dalam karir militernya?. Orang-orang akan
terus bertanya, mencibir, dan tak henti-hentinya merangkai ribuan alasan untuk
menjelaskan tolok ukur pembelotan Agus. Ya, tak ada yang tahu, hanya Tuhan lah
yang akhirnya bercerita yang tentunya lewat kampanye etos kerja Agus. Sangat munafik
apabila kita mengetahuinya sekarang.
Ini
mengingatkan saya atas pidato yang disampaikan Kobe Bryant saat terakhir kali
menginjakkan kaki di lapangan Staples Center. Banyak orang menangis, tak tahan
dengan momen yang terjadi sekali dalam kehidupannya. Melihat sang idola untuk
terakhir kalinya bermain untuk club
kebanggan kota Los Angles. Apakah ada andil Tuhan di dalamnya? Atau memang ada
isyarat dari olahraga yang ia geluti untuk berhenti? Secara umur, ya. Tapi
secara penampilan dia masih menjadi elemen penting di-guard Lakers untuk tahun-tahun kedepan. Akan sangat kentara apabila
setelahnya ada kemunduran club gara-gara
pengumuman pensiun si pemegang rekor masuk enam kali NBA All-star ini. Dan sangat munafik apabila kita mengetahuinya
sekarang.
Ini
terjadi di hubungan percintaan manusia. Ada andilNya yang begitu dahsyat atas
begitu banyak janji-janji manis, ketololan yang berujung gelak tawa, sampai
keputusan untuk megakhiri hubungan manis itu. Riskan sekali kalau dianalisis
lebih jauh, memang sesuatu yang membutakan mata batin. Ada banyak sekali contoh
tentang bagaimana menjalani sebuah hubungan, banyak sekali contoh nyata yang
ada di layar kaca, para artis dengan 1001 alasan yang layak untuk masyarakat
terima sebagai iki lho bahagia kui.
Tidak cuma segelintir penjual muka yang ngganteng
dan cantik-cantik tetapi yang bernuansa hijrah
juga fasih mengkampanyekan arti
dasar kata bahagia.
Memang
manusia hanya bisa mendongak ke atas, melihat keindahan nirwana tanpa menyadari
bara di bawahnya. Mengagungkan imajinasi tanpa melucuti seonggok apa dia di
mata dunia. Salah? Tidak, manusia ini memang orang yang penuh pikiran toleran. Ada
yang menjalani hidup dengan pasangannya tetapi lupa kalau memang dunia bukan
sekedar melihat dan mencontoh. Sangat gampang kita tersenyum, tentram tetapi
apakah itu juga dirasakan pasangan kita. Mbok
ya o sesekali kita bertanya untuk apa kita mencintai seseorang yang
akhirnya kita sendiri menjadi bagian yang menghancurkannya karena lupa bahwa kebahagiaan
seseorang dengan yang lain berada pada dimensi yang berbeda. Kita nguri-uri pikiran bahagia tetapi lupa
bahwa sesungguhnya kebahagian kita tergantung Allah atas kendakNya.
Mencintai
adalah hal lumrah, tapi mengakui pada tempatnya adalah anjuran agama. Ini akan
menjadi antitesis apabila kita mengakui atas anjuran agama tetapi mencederai
apa arti dari mencintai itu. Contoh ada kita mencintai seseorang, kita malu
akan mengakuinya, diam-diam. Tetapi memang perasaan tidak akan membohongi
pemiliknya, pasti akan ada masa saat ada yang bertanya “ sayang mbi aku? “. Kita tahu sesuatu tidak akan bertahan lama di
dalam diri kita, tetapi karena memang agama kita melarang hubungan yang tidak
sah, kita mendiskreditkan orang itu, menganggapnya hal yang berbau dosa, dan
yang paling pelik adalah sedikit demi sedikit menggerus silaturahmi, atas dasar
agama. Salah?
Sungguh
Tuhan maha mengetahui dan maha membolak-balikkan hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar